Jangan suka Menjudment orang lain
Oleh Adham As-Syarqawi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ. فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ. فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ. فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ. فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ زَانِيَةٍ. فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى زَانِيَةٍ. فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ. فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ غَنِيٍّ. فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ. فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ. فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ فَقَدْ قُبِلَتْ. أَمَّا السَّارِقُ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الْغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَعْتَبِرَ فَيُنْفِقَ مِمَّا أَعْطَاهُ اللهُ. رواه البخاري (١٤٢١) ومسلم (١٠٢٢).

Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ bersabda: Seorang laki-laki berkata: “Aku benar-benar akan bersedekah dengan suatu sedekah.” Lalu ia keluar dengan sedekahnya itu, dan ternyata ia meletakkannya di tangan seorang pencuri. Maka pada pagi harinya, orang-orang membicarakannya: “Malam tadi orang bersedekah kepada pencuri!” Maka orang itu pun berkata: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Aku akan bersedekah lagi.”
Lalu ia keluar dengan sedekahnya, ternyata ia meletakkannya di tangan seorang pezina. Maka pada pagi harinya, orang-orang membicarakannya: “Tadi malam ada orang bersedekah kepada seorang pezina!” Maka ia berkata: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji atas seorang pezina. Aku akan bersedekah lagi.”
Kemudian ia keluar lagi dengan sedekahnya, lalu meletakkannya di tangan seorang yang kaya. Maka pada pagi harinya, orang-orang membicarakannya: “Tadi malam ada orang bersedekah kepada orang kaya!” Maka ia berkata: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji, atas seorang pencuri, atas seorang pezina, dan atas orang kaya.”
Kemudian datanglah (malaikat) kepadanya dan berkata: “Adapun sedekahmu sungguh telah diterima. Adapun pencuri itu, semoga ia dapat berhenti dari mencuri; adapun pezina itu, semoga ia dapat berhenti dari berzina; dan adapun orang kaya itu, semoga ia dapat mengambil pelajaran lalu menafkahkan sebagian dari harta yang Allah berikan kepadanya.” (HR. al-Bukhārī no. 1421 dan Muslim no. 1022)

Pelajaran hadits

الدرس الأول
هٰذَا هُوَ شَأْنُ النَّاسِ دَوْمًا:
• إِذَا تَرَكْتَ عَنْكَ زَلَّةَ الْإِسَاءَةِ قَالُوا: جَبَانٌ.
• وَإِذَا تَصَدَّقْتَ قَالُوا: مُرَاءٍ.
• إِذَا صَاحَبْتَ عَالِمًا قَالُوا: يُرَائِي.
• وَإِذَا صَاحَبْتَ عَاصِيًا قَالُوا: هُوَ مِثْلُهُ.
• إِذَا أَنْفَقْتَ عَلَى زَوْجَتِكَ قَالُوا: مُتْرَفٌ.
• إِنْ لَمْ تُنْفِقْ قَالُوا: شَحِيحٌ بَخِيلٌ.
• إِنْ كُنْتَ حَلِيمًا فِي الْخُصُومَةِ قَالُوا: ضَعِيفٌ.
• إِنْ لَمْ تَكُنْ حَلِيمًا فِي الْخُصُومَةِ قَالُوا: فَظٌّ غَلِيظٌ.
• إِنِ ابْتَسَمْتَ قَالُوا: يَسْخَرُ.
• إِنْ لَمْ تَبْتَسِمْ قَالُوا: عَابِسُ الْوَجْهِ.
• إِنْ أَنْفَقْتَ قَالُوا: تَبْذِيرٌ وَسَرَفٌ.
• إِنْ أَمْسَكْتَ يَدَكَ قَالُوا: بُخْلٌ وَتَقْصِيرٌ.

وَلَا تَسْلَمُ مِنِ انْتِقَادَاتِ النَّاسِ وَلَا مِنْ كَلَامِهِمْ. فَلَا تُبَالِ بِهِمْ، وَسِرْ فِي طَرِيقِكَ رَاضِيًا عَنِ اللَّهِ،
فَكَيْفَ تَرْجُو رِضَا النَّاسِ عَنْكَ، وَرِضَا اللَّهِ عَنْكَ أَوْلَى؟

Pelajaran pertama:

Inilah sifat manusia sejak dahulu:
• Jika engkau meninggalkan membalas kesalahan, mereka berkata: pengecut.
• Jika engkau bersedekah, mereka berkata: riya’.
• Jika engkau berteman dengan seorang alim, mereka berkata: mencari muka.
• Jika engkau berteman dengan seorang pendosa, mereka berkata: sama saja dengannya.
• Jika engkau berbuat baik pada istrimu, mereka berkata: berlebihan.
• Jika engkau tidak memberi nafkah, mereka berkata: kikir dan pelit.
• Jika engkau sabar dalam perselisihan, mereka berkata: lemah.
• Jika engkau tidak sabar dalam perselisihan, mereka berkata: kasar dan keras.
• Jika engkau tersenyum, mereka berkata: mengejek.
• Jika engkau tidak tersenyum, mereka berkata: bermuka masam.
• Jika engkau berinfak, mereka berkata: boros dan mubazir.
• Jika engkau menahan tanganmu, mereka berkata: bakhil dan kurang memberi.

Engkau tidak akan pernah selamat dari kritik dan perkataan manusia.
Maka jangan hiraukan mereka, teruslah berjalan di jalanmu dengan ridha kepada Allah.
Bagaimana mungkin engkau berharap ridha manusia, sedangkan ridha Allah jauh lebih utama?

الدَّرسُ الثَّاني
• خُذُوا يَا عِبَادَ اللهِ إِلَى اللهِ
واذكروا أنَّ اللهَ سبحانهُ لم يُرسِلِ الرُّسُلَ إِلَّا لِطَاعَتِهِ مِن خَلقِهِ!
• فلَوْ كانُوا أهلَ طَاعَةٍ مَا احْتَاجُوا إلى رَسُولٍ حَتَّى اسْتَخْرَجَ اللهُ مِنهُم أُولِي الأَلبَابِ أَنبيَاءَ
• والذي قال: ﴿إِنَّا رَاكِمْ الأَعلَى﴾ أرسَلَ اللهُ لهُ رَسُولاً لِيَقُولَ لَهُ: ﴿فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ﴾
والذين قالوا: ﴿نَحنُ أَصْبَحْنَا بَنَاتِ الله﴾
أرسَلَ اللهُ صَفوَةَ خَلقِه مُحَمَّداً ﷺ
• فَلَا تَنْظُرْ فِي ذُنُوبِ النَّاسِ كَأَنَّكَ رَبٌّ
وَانْظُرْ إِلَيْهِمْ كَأَنَّكَ عَبْدٌ
• وَإِنَّ زَكَاةَ الْهُدَى الَّتِي جَعَلَهَا اللهُ إِيَّاكَ
أَنْ تَأْخُذَ بِيَدِهِمْ إِلَى اللهِ
• فَمَا كَانَ لَكَ أَنْ تَهْدِيَهُمْ بِقُوَّتِكَ
وَلَكِنَّهُ سُبْحَانَهُ مَنْ عَلَيْكَ
• فَانْظُرْ فِي أَهْلِ الْمَعْصِيَةِ كَمَا تَنْظُرُ فِي أَهْلِ الْبَلَاءِ
• وَإِنَّ الْمَرَضَ أَهْوَنُ مِنَ الضَّلَالِ
• فَقَدْ يَكُونُ رِفْعَةً فِي الْأَجْرِ، أَمَّا الضَّلَالُ فَمَغَبَّتُهُ وَخِيمَةٌ!

Pelajaran Kedua
• Wahai hamba-hamba Allah, kembalilah kalian kepada Allah!
Ingatlah bahwa Allah Ta‘ala tidaklah mengutus para rasul kecuali agar mereka ditaati oleh hamba-hamba-Nya.
• Seandainya manusia sudah taat, tentu mereka tidak memerlukan seorang rasul.
Namun Allah memilih dari mereka orang-orang yang berakal, lalu menjadikannya nabi.
• Bahkan kepada orang yang berkata: “Sesungguhnya aku adalah tuhan kalian yang paling tinggi,” Allah mengutus seorang rasul kepadanya untuk berkata: “Bertakwalah kalian kepada Allah dan taatilah aku.”
• Dan kepada mereka yang berkata: “Kami adalah anak-anak perempuan Allah,” Allah mengutus pilihan makhluk-Nya, yaitu Muhammad ﷺ.
• Maka janganlah engkau memandang dosa-dosa manusia seakan-akan engkau adalah Tuhan,
tetapi pandanglah mereka seakan-akan engkau hanyalah seorang hamba.
• Sesungguhnya zakat dari hidayah yang Allah anugerahkan kepadamu adalah
bahwa engkau membimbing mereka dengan tanganmu menuju Allah.
• Tidaklah engkau yang mampu memberi hidayah dengan kekuatanmu,
akan tetapi Allah-lah Yang Maha Suci yang memberikannya kepadamu.
• Maka pandanglah para pelaku maksiat sebagaimana engkau memandang orang-orang yang tertimpa musibah.
Sungguh penyakit jasmani lebih ringan daripada kesesatan, karena penyakit bisa menjadi sebab bertambahnya pahala,
sedangkan kesesatan, akibatnya amatlah buruk dan berbahaya!

الدَّرْسُ الثَّالِثُ

• صَحِيحٌ أَنَّنَا أُمِرْنَا أَنْ نَحْكُمَ عَلَى الْأُمُورِ بِظَوَاهِرِهَا، وَلَكِنْ كُنْ أَذْكَى مِمَّنْ أَنْ تَخْدَعَكَ الْمَظَاهِرُ.
• هُنَاكَ عُصَاةٌ يَجْتَرِئُونَ عَلَى اللهِ وَرَسُولِهِ ﷺ أَكْثَرُ مِنْ كَثِيرِينَ مِنْ تُجَّارِ الدِّينِ الَّذِينَ تَعْرِفُهُمْ، وَلَكِنْ غَلَبَتْهُمْ شَهَوَاتُهُمْ، وَتَسَلَّطَتْ عَلَيْهِمْ شَيَاطِينُهُمْ.
• وَقَدْ رَوَى الْبُخَارِيُّ فِي حَدِيثِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَ اللهِ، وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا،
وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللهِ ﷺ.
• وَكَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ مَرَّةً، فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: اللَّهُمَّ الْعَنْهُ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ!
• فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَا تَلْعَنُوهُ، فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُ إِلَّا أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ».
• إِنَّ الْقُلُوبَ أَسْرَارٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا خَالِقُهَا.
الَّتِي لَا تَتَحَجَّبُ لَيْسَتْ عَاهِرَةً.
وَالَّذِي يَسْمَعُ الْمُوسِيقَى لَا يَكْرَهُ الْقُرْآنَ.
• وَأَنَا لَا أُدَافِعُ عَنِ الْعُصَاةِ، وَلَا أُبَرِّئُهُمْ،
إِنِّي أَقُولُ فَقَطْ: خُذُوهُمْ بِأَيْدِيهِمْ إِلَى اللهِ!

Pelajaran Ketiga
• Benar bahwa kita diperintahkan untuk menghukumi perkara berdasarkan yang tampak.
Namun, hendaklah engkau lebih cerdas agar tidak tertipu oleh penampilan luar semata.
• Ada orang-orang yang bermaksiat berani menentang Allah dan Rasul-Nya ﷺ,
lebih berani daripada sebagian pedagang agama yang engkau kenal,
namun mereka dikalahkan oleh hawa nafsunya dan dikuasai oleh setan-setannya.
• Imam al-Bukhārī meriwayatkan dalam hadits Umar bin al-Khattāb raḍiyallāhu ‘anhu,
bahwa ada seorang laki-laki di zaman Rasulullah ﷺ,
namanya Abdullah, dan ia dijuluki dengan sebutan Himār (keledai),
dan ia biasa membuat Rasulullah ﷺ tertawa.
• Suatu ketika Rasulullah ﷺ pernah mencambuknya karena minum khamr.
Lalu pada suatu hari ia kembali dibawa (karena kesalahan yang sama),
maka Nabi ﷺ memerintahkan agar ia dicambuk.
Kemudian salah seorang dari kaum berkata:
“Ya Allah, laknatlah dia! Betapa sering ia dibawa (karena kesalahan ini).”
• Maka Nabi ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian melaknatnya! Demi Allah, aku tidak mengetahui darinya kecuali bahwa ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Hati manusia memiliki rahasia yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Sang Penciptanya.
Seorang wanita yang tidak berhijab belum tentu pezina.
Orang yang mendengarkan musik belum tentu membenci Al-Qur’an.
Dan aku tidak sedang membela para pelaku maksiat,
dan tidak pula menyucikan mereka.
Aku hanya berkata: “Bimbinglah mereka, tuntunlah mereka dengan tangan kalian menuju Allah!”

الدَّرْسُ الرَّابِعُ
إِنْ لَمْ نُعَامِلِ النَّاسَ بِأَخْلَاقٍ ولَيِّنَ فَنَحْنُ نُقَدِّمُ لَهُمْ نَمَاذِجَ سَيِّئَةً عَنِ الْمُتَدَيِّنِينَ
عِنْدَمَا لَا نُبَسِّطُ وُجُوهَنَا صَاحِبْنَا لِيَكُونُوا مُدَيَّنِينَ قُسَاةً.
إِنْ لَمْ نَكُنْ نَمَاذِجَ يَحْتَذِي بِهَا
فَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لِأَنَّهُمْ لَا يُرِيدُونَ أَنْ يَكُونُوا مِثْلَنَا
لَا يُقْبِلُونَ إِلَى الدِّينِ خَالِصًا.
مُصَافَحَةٌ مِمَّنْ يَرُودُ الْمَسَاجِدَ لِأَدَاءِ صَلَاةٍ،
قَدْ تُؤَثِّرُ فِي الْمَسْجِدِ!
وَابْتِسَامَةٌ، وَكَلِمَةٌ حُلْوَةٌ مَعَ مُحَجَّبَةٍ،
قَدْ تُؤَثِّرُ فِيهَا!
كَلِمَةٌ حُلْوَةٌ مِنْ طَالِعٍ قَدْ تَأْتِي بَاعِثًا إِلَى اللَّهِ!
وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هَذَا فَمَنْ فِي الْآخِرَةِ يَسْتَحِقُّ الْأَجْرَ الدَّعْوَةَ
يُصَادِفْ صَاحِبَهُ عَلَى زَانِيَةٍ، وَعَلَى سَارِقٍ، وَعَلَى غَيْرِهِ.
فَلَمْ يُقَلْ لَهُ رَبُّهُ
لَوْ تَصَدَّقْتَ عَلَى عَفِيفَةٍ كَانَ أَوْلَى
وَلَوْ تَصَدَّقْتَ عَلَى أَمِينٍ كَانَ أَجْدَى
وَلَوْ تَصَدَّقْتَ عَلَى فَقِيرٍ كَانَ أَنْفَعَ
وَلَكِنَّهُ أَرْسَلَ لَهُ رُؤْيَا صَالِحَةً يُبَشِّرُهُ فِيهَا أَنَّهُ قُبِلَتْ صَدَقَتُهُ
فَالزَّانِيَةُ عَلَيْهَا تَتْرُكُ زِنَاهَا!
وَالسَّارِقُ عَلَيْهَا يَتْرُكُ سَرِقَتَهُ!
وَالْغَنِيُّ عَلَيْهِ يَقْتَدِي بِهِدَاهُ!

Pelajaran Keempat
• Jika kita tidak memperlakukan manusia sekedar dengan akhlak dan kelembutan, kadang kita memberikan kepada mereka contoh yang buruk tentang orang-orang beragama.
• Ketika kita tidak menampakkan wajah yang ceria,
mereka akan mengira bahwa orang beragama itu keras.
• Jika kita tidak menjadi teladan yang bisa ditiru,
maka banyak manusia—karena tidak mau seperti kita—
tidak akan menerima agama dengan ikhlas.
• Sebuah jabat tangan dari orang yang biasa datang ke masjid untuk menunaikan shalat, bisa memberi pengaruh di masjid!
• Sebuah senyuman, dan sepatah kata manis dari seorang muslimah berjilbab, dapat memberikan pengaruh baginya!
• Sepatah kata manis dari seseorang yang lewat, bisa menjadi sebab hidayah menuju Allah!
• Dan jika tidak demikian, maka di akhiratlah orang itu akan berhak mendapat pahala dakwah,
karena ia mungkin bertemu dengan sahabatnya yang pezina, pencuri, atau yang lainnya.
• Maka Tuhannya tidak berkata kepadanya: “Seandainya engkau bersedekah kepada wanita terhormat, itu lebih utama. Seandainya engkau bersedekah kepada orang yang jujur, itu lebih bermanfaat. Seandainya engkau bersedekah kepada orang miskin, itu lebih berguna.”
• Namun Allah mengirimkan kepadanya mimpi yang baik,
memberi kabar gembira bahwa sedekahnya telah diterima.
• Maka bagi pezina dengan sedekahnya meninggalkan perzinaannya!
bagi Pencuri dengan sedekahnya meninggalkan pencuriannya!
Dan bagi orang kaya dengan sedekah nya meneladani petunjuknya!