Imam ath-Thabari (Arab: الإمام الطبري), nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir ath-Thabari  (w. 310 H / 923 M), beliau merupakan salah satu ulama besar dalam sejarah Islam, dikenal sebagai bapak tafsir klasik dan sejarawan terkemuka, terutama dikenal sebagai ahli tafsir, sejarawan, dan ahli fikih. Beliau lahir pada tahun 224 H (839 M) di Amol, wilayah Thabaristan (sekarang bagian dari Iran), dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Baghdad sebagai pusat aktivitas ilmiah. Beliau wafat pada tahun 310 H (923 M) di Baghdad.

Berikut adalah ringkasan mengenai Imam Ath-Thabari dan kontribusinya dalam bidang tafsir:

A. Kehidupan dan Pendidikan

Sejak usia muda, Imam ath-Thabari menempuh perjalanan intelektual yang luas. Pada usia 12 tahun, ia mulai belajar di Ray, bertemu dengan Muhammad bin Humaid ar-Razi yang mengajarkan hadits dan sirah Nabi. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ilmiahnya ke Baghdad, Bashrah, Kufah, Syam (Damaskus), dan Mesir, belajar dari para ulama terkemuka seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin al-Ma’alli, dan al-Muzani (murid Imam Syafi’i) .(Tanwir.ID)

Imam ath-Thabari menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk tafsir, hadits, fikih, sejarah, linguistik, dan ilmu-ilmu lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi menyatakan bahwa ia adalah seorang ulama paling terkemuka yang pernyataannya sangat diperhitungkan karena keluasan pengetahuan dan kelebihannya .(Al-Wa’ie)

Imam ath-Thabari dikenal sebagai sosok yang zuhud dan sederhana. Ia menolak tawaran jabatan penting di pemerintahan dan imbalan harta yang diberikan para penguasa kepadanya. Misalnya, ia menolak tawaran jabatan hakim dari al-Khaqani dan hadiah uang 1000 dinar dari Abbas bin Hasan atas bukunya yang ia tulis, Al-Khafīf .(Republika Online, Al-Wa’ie)

B. Karya-karya

Kitab tafsir Imam ath-Thabari yang paling terkenal adalah Jāmi‘ al-Bayān ‘an Ta’wīl Āyi al-Qur’ān, yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ath-Thabari. Kitab ini merupakan tafsir pertama dan paling masyhur yang menjadi rujukan utama hingga sekarang. Tafsir ini terdiri dari 30 juz dan 20 jilid, pertama kali dicetak ketika Imam ath-Thabari berusia 60 tahun .(WINSGOAL)

Metode penulisan yang digunakan adalah metode tahlili, yaitu menafsirkan ayat dengan berdasarkan susunan mushafi, memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan oleh mufasir, serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya .(WINSGOAL)

Selain tafsir, Imam ath-Thabari juga menulis banyak karya ilmiah, antara lain:

  • Tārīkh al-Umam wa al-Mulūk: Sejarah umat dan kerajaan dari zaman Nabi hingga masa Abbasiyah.
  • Tārīkh ar-Rijāl min ash-Shahābah wa at-Tābi’īn: Biografi para sahabat dan tabi’in.
  • Ikhtilāf al-‘Ulamā’: Perbedaan pendapat di kalangan ulama.
  • Al-Basīth: Karya dalam bidang fikih.
  • At-Tabshīr: Karya dalam bidang ilmu kalam.
  • Tahdhīb al-Athār: Karya dalam bidang hadits.(blogspot.com)

Sayangnya, sebagian besar karya-karya beliau tidak sampai ke masa kini, dan hanya sedikit yang masih ada.

C. Ciri-ciri utama Tafsir Ath-Thabari:

  1. Bersifat bi al-ma’tsur:
    • Mengandalkan riwayat dari Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan tabi’in.
    • Dipenuhi dengan atsar (riwayat) yang dikumpulkan dan dianalisis.
  2. Metodologi ilmiah yang kuat:
    • Imam Ath-Thabari sering menyebutkan beberapa pendapat, kemudian menjelaskan pendapat yang paling kuat menurutnya.
  3. Penggunaan bahasa Arab klasik yang tinggi:
    • Ia sering menjelaskan makna kata dalam Al-Qur’an dengan mengutip syair-syair Arab untuk menunjukkan keakuratan makna.
  4. Sumber penting dalam tafsir-tafsir setelahnya:
    • Banyak ulama setelahnya merujuk pada tafsir beliau, seperti Ibn Katsir dan Al-Qurthubi.

D. Mazhab Fikih

Imam Ath-Thabari sempat memiliki mazhab fikih sendiri, namun tidak bertahan lama karena kurangnya murid yang meneruskan ajarannya. Meskipun begitu, pemikiran fiqihnya tetap dicatat dalam karya-karyanya.

E. Wafat dan Warisan

Imam ath-Thabari wafat pada tanggal 26 Ramadhan 310 H / 923 M di Baghdad pada usia 85 tahun. Ia dimakamkan di dalam rumahnya dan tetap tidak dipindahkan hingga sekarang .(Al-Wa’ie, Tanwir.ID)

Warisan ilmiah Imam ath-Thabari sangat besar, terutama dalam bidang tafsir dan sejarah Islam. Karya-karyanya menjadi rujukan utama bagi para ulama dan peneliti hingga saat ini.

F. Kesimpulan

Imam Ath-Thabari adalah ikon tafsir klasik yang kontribusinya sangat besar dalam pengembangan ilmu-ilmu Islam, khususnya tafsir. Karyanya masih menjadi rujukan utama hingga sekarang, terutama bagi para peneliti, ulama, dan pelajar ilmu tafsir.

Referensi Utama

  • Tafsir Ath-Thabari (Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an), Beirut: Dar al-Fikr, 1995.
  • Tafsir Ath-Thabari (Jami’ al-Bayan an Takwil Ay al-Qur’an), Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992.