Subyek :

Eskalasi Konflik Iran-Israel
Tanggal : 18 Juni 2025; 16.30 WIB
Sumber : Al-Jazeera, Al-Mayadeen News, Al-‘Arobiy

Ringkasan Eksekutif:

Situasi di Timur Tengah mengalami eskalasi militer yang signifikan setelah Iran melancarkan serangan balasan besar-besaran terhadap Israel, yang diberi nama sandi “Operasi Janji Sejati 3”. Serangan ini merupakan respons terhadap agresi Israel sebelumnya. Iran mengklaim telah berhasil menargetkan situs-situs vital, menimbulkan kerusakan besar, dan menunjukkan superioritas teknologinya dengan menembus pertahanan udara Israel menggunakan rudal generasi baru “Fattah”.

Israel, meskipun memberlakukan sensor media yang ketat, telah mengakui adanya puluhan korban dan kerusakan infrastruktur penting, serta dilaporkan menghadapi menipisnya stok rudal pencegat. Di tingkat internasional, Amerika Serikat berada dalam posisi bimbang, sementara negara-negara seperti Rusia, Venezuela, dan Irak menunjukkan solidaritas kuat terhadap Iran. Secara paralel, konflik di Gaza dan Tepi Barat terus berlanjut dengan intensitas tinggi.

1. Perkembangan Utama Konflik Iran-Israel

A. Operasi Militer Iran:
1) Deklarasi Perang: Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, mengumumkan dimulainya “Pertempuran Haidar” dan menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah berkompromi dengan Israel.

2) Serangan Rudal Skala Besar: Garda Revolusi Iran (IRGC) melancarkan gelombang serangan ke-10, menargetkan kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Haifa, serta pangkalan militer vital seperti Pangkalan Meron.

3) Penggunaan Teknologi Baru: Iran untuk pertama kalinya mengerahkan rudal hipersonik Fattah, yang diklaim mampu bermanuver dan menembus semua sistem pertahanan rudal Israel.

4) Keberhasilan Pertahanan Udara: Iran mengklaim telah berhasil menembak jatuh satu unit jet tempur F-35 Israel di wilayah Javadabad, Teheran Tenggara, dan beberapa drone pengintai Israel di berbagai lokasi, termasuk drone Hermes di Isfahan.

5) Klaim Superioritas Udara: IRGC menyatakan bahwa langit di atas wilayah pendudukan (Israel) kini berada di bawah kendali penuh Iran dan menandai awal dari akhir sistem pertahanan udara Israel.

B. Dampak di Israel:
1) Korban dan Kerusakan: Kementerian Kesehatan Israel mengakui adanya 94 korban luka baru akibat serangan terakhir. Kerusakan signifikan dilaporkan terjadi pada Institut Sains Weizmann, yang berdampak pada proyek penelitian penting.

2) Krisis Sistem Pertahanan: Pejabat Israel dan AS (dikutip oleh Wall Street Journal) mengakui bahwa stok rudal untuk sistem pertahanan udara Israel mulai menipis secara kritis.

3) Sensor Media Ketat: Otoritas Israel memberlakukan sensor militer yang sangat ketat untuk mencegah penyebaran gambar dan informasi mengenai dampak serangan Iran, dalam upaya mengendalikan narasi dan moral publik.

2. Situasi di Palestina (Gaza & Tepi Barat)

1) Gaza: Serangan Israel terus berlanjut tanpa henti.

a) Lebih dari 33 warga Palestina tewas dalam beberapa jam terakhir.

b) Terjadi pembantaian terhadap warga yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalan Salah al-Din, menewaskan 11 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

c) Operasi penghancuran bangunan oleh Israel terus berlanjut di bagian selatan dan utara Jalur Gaza.

2) Tepi Barat: Pasukan Israel mengintensifkan operasi di Tepi Barat.

a) Penggerebekan besar-besaran terjadi di kamp Balata (Nablus), Tulkarm, Jenin, dan Hebron.

b) Seorang pemuda Palestina, Moataz Al-Hajjajli, tewas ditembak pasukan Israel di Bethlehem.

c) Sedikitnya 52 warga Palestina ditangkap dalam operasi yang meluas, dengan pasukan Israel dilaporkan menyita ponsel untuk memeriksa apakah warga menyimpan foto-foto serangan rudal Iran.

3. Reaksi dan Perkembangan Internasional

1) Amerika Serikat:
a) Pertemuan Dewan Keamanan Nasional yang dipimpin Presiden Donald Trump berakhir tanpa keputusan untuk melakukan intervensi militer.

b) Trump mengeluarkan ancaman keras dan menyerukan “penyerahan diri tanpa syarat” dari Iran.

c) Terjadi perpecahan internal di AS, di mana Senator Bernie Sanders secara terbuka menentang keterlibatan AS dalam “perang ilegal Netanyahu”.

2) Aliansi Pro-Iran:
a) Rusia: Mengecam serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai tindakan ilegal dan menegaskan kerja sama intelijen dan militer yang erat dengan Teheran.

b) Venezuela: Presiden Nicolás Maduro menuduh negara-negara Barat mendorong perang nuklir dan menyerukan Cina, Rusia, serta negara-negara Islam untuk mendukung Iran.

c) Irak: Parlemen Irak mengadakan sidang darurat, mengutuk pelanggaran wilayah udaranya oleh Israel dan menyatakan solidaritas dengan Iran.

d) Pakistan: Demonstrasi rakyat digelar di Islamabad untuk mendukung hak Iran membela diri.

3) Eropa:
a) Prancis: Presiden Emmanuel Macron menentang aksi militer terhadap Iran, memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan “kekacauan” di kawasan.

4. Intelijen dan Keamanan Internal Iran

1) Penangkapan Mata-Mata: Intelijen IRGC mengumumkan penangkapan beberapa sel yang bekerja untuk Mossad di berbagai provinsi, termasuk Lorestan dan Teheran.

2) Penggagalan Sabotase: Otoritas Iran berhasil membongkar sebuah bengkel rahasia yang memproduksi drone dan bom rakitan. Mereka juga melaporkan adanya upaya sabotase oleh agen musuh untuk menciptakan kepanikan publik, seperti membakar ban di dekat lokasi strategis untuk memalsukan berita serangan.

3) Peringatan: Pejabat militer Iran memperingatkan penduduk di Tel Aviv dan Haifa untuk mengungsi, menyatakan bahwa serangan yang telah dilakukan hanyalah “peringatan” dan “operasi hukuman” yang sesungguhnya akan segera dilaksanakan.

5. Prognosis / Outlook (Analisis dan Proyeksi ke Depan)
1. Potensi Eskalasi Lanjutan: Peringatan Iran bahwa serangan yang telah terjadi hanyalah “awal” mengindikasikan bahwa sangat mungkin Iran akan melancarkan gelombang serangan lanjutan. .

2. Peran Kritis Amerika Serikat: Keputusan AS untuk tidak segera melakukan intervensi menciptakan ketidakpastian. Outlook jangka pendek menunjukkan AS kemungkinan akan fokus pada pengiriman bantuan militer darurat ke Israel, terutama rudal pencegat dan dukungan intelijen, daripada terlibat langsung dalam pertempuran.

3. Risiko Perluasan Konflik Regional: Situasi ini sangat rawan meluas. Risiko terbukanya front baru, terutama dari Lebanon (oleh Hizbullah) dan Yaman, sangat tinggi.

4. Dimensi Perang Informasi dan Ekonomi: Perang tidak hanya terjadi di medan tempur. Iran tampaknya memenangkan perang narasi saat ini, sementara sensor ketat Israel menunjukkan kesulitan dalam mengelola persepsi publik.

5. Jalur Diplomatik yang Suram: Upaya diplomatik untuk de-eskalasi, seperti yang disuarakan oleh Prancis, kemungkinan besar akan gagal dalam waktu dekat. Kedua belah pihak tampaknya berkomitmen pada jalur militer. Rusia dan Cina kemungkinan akan menggunakan forum internasional seperti PBB untuk memojokkan Israel dan AS secara diplomatis, yang semakin mengisolasi mereka di panggung dunia.