Pengantar Kajian: Tazkiyatun Nafs

 

Tazkiyatun Nafs (2) - Markaz Imam Malik

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Sahabat islamdiscover yang dimuliakan Allah..
kembali kita berjumpa, dan kali ini kita akan membahas tentang tazkiyatunnafs, tema yang sangat menarik insya Allah

Dalam kehidupan manusia, aspek jasmani dan rohani merupakan dua komponen yang saling melengkapi. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur aspek lahiriah seperti ibadah, muamalah, dan sosial, tetapi juga memberi perhatian besar terhadap pembangunan jiwa dan kebersihan hati. Salah satu konsep penting dalam Islam yang berkaitan dengan pembinaan diri adalah Tazkiyatun Nafs, yang berarti penyucian jiwa.

Tazkiyatun Nafs merupakan inti dari proses pendidikan ruhani yang bertujuan untuk membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati seperti riya’, hasad, takabbur, dan cinta dunia, serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji seperti ikhlas, sabar, tawakal, dan syukur. Proses ini merupakan jalan untuk meraih ketenangan jiwa (nafs muthma’innah), kebahagiaan hakiki, dan keridhaan Allah SWT.

Urgensi Tazkiyatun Nafs sangat ditekankan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9–10)

Selain itu, Rasulullah SAW dalam banyak hadis juga menegaskan pentingnya kebersihan hati sebagai pusat kebaikan atau kerusakan manusia. Oleh karena itu, Tazkiyatun Nafs menjadi bagian penting dalam proses pembentukan kepribadian muslim yang utuh dan seimbang, serta sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Kajian ini akan membahas secara sistematis tentang definisi, dasar-dasar Tazkiyatun Nafs, metode aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, serta relevansinya dalam konteks kehidupan modern yang sarat dengan tantangan spiritual dan moral.

Tazkiyatun Nafs (تزكية النفس) secara harfiah berarti penyucian jiwa. Dalam Islam, ini adalah proses membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela (madhmumah) dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah), sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT dan upaya meraih derajat tertinggi sebagai manusia bertakwa.

1. Definisi Tazkiyatun Nafs

  • Secara bahasa:
    “Tazkiyah” berasal dari akar kata z-k-w yang berarti “bertumbuh”, “bersih”, dan “suci”.
  • Secara istilah:
    Tazkiyatun nafs adalah upaya pembinaan spiritual dan akhlak untuk membersihkan jiwa dari kotoran dosa, penyakit hati (hasad, riya’, ujub, takabbur, dll.), serta mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan dan ibadah.

📖 QS. Asy-Syams (91): 9–10
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya (qad aflaha man zakkāhā). Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (wa qad khāba man dassāhā).”

2. Dasar Al-Qur’an dan Hadis Tentang Tazkiyatun Nafs

  • Al-Qur’an:
    • QS. Al-Baqarah: 129 → Doa Nabi Ibrahim agar Allah mengutus Rasul yang “yuzakkīhim” (menyucikan mereka).
    • QS. Al-Jumu’ah: 2 → Tugas Nabi Muhammad: tilawah, tazkiyah, dan ta’lim.
    • QS. Al-A’la: 14 → “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (tazakkā).”
  • Hadis Nabi:
    • “Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Itulah qalb (hati).” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Tujuan Tazkiyatun Nafs

  • Mencapai kebersihan hati dan ruhani.
  • Membentuk kepribadian Muslim yang utuh.
  • Menyuburkan amal shalih dan ketakwaan.
  • Menghindarkan diri dari penyakit hati dan kerusakan moral.
  • Meraih keridhaan Allah SWT dan surga-Nya.

4. Langkah dan Tahapan Tazkiyatun Nafs

  1. Al-Muraqabah – Merasa diawasi Allah setiap waktu.
  2. Al-Muhasabah – Introspeksi dan evaluasi diri.
  3. Al-Mujahadah – Bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu.
  4. At-Tarbiyah ar-Ruhiyyah – Pembinaan ruhani melalui dzikir, ibadah, dan tilawah.
  5. Takhalli – Tahalli – Tajalli
    • Takhalli: Mengosongkan hati dari sifat buruk.
    • Tahalli: Menghias hati dengan sifat baik.
    • Tajalli: Terbukanya cahaya hidayah dan makrifat kepada Allah.

5. Penyakit Hati yang Harus Dihindari

  • Riya’ (pamer ibadah)
  • Takabbur (sombong)
  • Hasad (dengki)
  • ‘Ujub (bangga diri)
  • Ghadab (marah berlebih)
  • Hubb al-dunya (cinta dunia berlebihan)

6. Ciri Jiwa yang Suci (Nafs Muthma’innah)

  • Tenang dan tunduk pada Allah
  • Tidak terpengaruh nafsu syahwat dan amarah
  • Ridha dengan takdir Allah
  • Cinta kepada kebaikan dan amal saleh

📖 QS. Al-Fajr: 27–30
“Wahai jiwa yang tenang (nafs al-muthma’innah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai…”

7. Relevansi Tazkiyatun Nafs di Era Modern

  • Mencegah krisis akhlak dan moralitas.
  • Menangkal kecemasan, stres, dan kekosongan spiritual.
  • Mendorong ketahanan pribadi dan sosial yang berbasis iman.
  • Menjadi pondasi kepemimpinan dan dakwah yang murni.

Referensi Utama

Klasik:

  • Ihya’ Ulumuddin – Imam al-Ghazali
  • Madarij as-Salikin – Ibn Qayyim al-Jawziyyah
  • Risalah Qusyairiyyah – Imam al-Qusyairi
  • Ar-Risalah fi Tazkiyatun Nafs – Ibn Rajab al-Hanbali

Modern:

  • Tazkiyatun Nafs – Abu Hamid Al-Ghazali (edisi ringkas)
  • Bekal Meniti Jalan Tazkiyah – Dr. Raghib Sirjani
  • Tazkiyatun Nafs dalam Perspektif Tasawuf dan Psikologi – Dr. Misbahul Munir
  • Spiritual Cleansing – Muhammad Al-Ghazali (modern adaptation)

___________________________________________

Berikut adalah referensi untuk pendahuluan kajian Tazkiyatun Nafs yang telah saya berikan sebelumnya. Referensi ini meliputi sumber Al-Qur’an, Hadis, serta literatur klasik dan modern dari ulama dan penulis kontemporer.

Al-Qur’an dan Hadis

  1. QS. Asy-Syams (91): 9–10
    “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
  2. QS. Al-Baqarah (2): 129
    “Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul… yang membacakan ayat-ayat-Mu kepada mereka dan menyucikan mereka (yuzakkīhim)…”
  3. QS. Al-Jumu’ah (62): 2
    “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka… menyucikan mereka…”
  4. Hadis Nabi SAW:
    “Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.”
    (HR. Bukhari dan Muslim)

Kitab Klasik

  1. Al-Ghazali, Abu Hamid.
    Ihya’ ‘Ulum al-Din, Jilid III: Kitab Riyadhah an-Nafs wa Tahdzib al-Akhlaq.
    – Menjadi rujukan penting tentang tazkiyah dan metode pendidikan jiwa secara mendalam.
  2. Ibn Qayyim al-Jawziyyah.
    Madarij as-Salikin, Beirut: Dar al-Fikr.
    – Mengupas tahapan-tahapan ruhani dalam mendekatkan diri kepada Allah, termasuk penyucian jiwa.
  3. Ibn Rajab al-Hanbali.
    Ar-Risalah fi Tazkiyatun Nafs
    – Kitab khusus tentang konsep dan pentingnya tazkiyah dari perspektif salaf.

Literatur Modern dan Kontemporer

  1. Manna’ Khalil al-Qattan.
    Tarbiyah Islamiyah wa Tazkiyatun Nafs, Kairo: Dar al-Fikr.
    – Menjelaskan konsep tazkiyah dalam bingkai pendidikan Islam.
  2. Raghib Sirjani.
    Bekal Meniti Jalan Tazkiyah (versi terjemahan), Pustaka Al-Kautsar.
    – Buku motivasional dengan pendekatan kontemporer untuk membina jiwa.
  3. Misbahul Munir.
    Tazkiyatun Nafs dalam Perspektif Tasawuf dan Psikologi, Jakarta: Rajawali Press, 2017.
    – Kajian akademik lintas disiplin yang menggabungkan spiritualitas dan psikologi.
  4. Shalih Ahmad asy-Syaami.
    Tazkiyatun Nafs, Damaskus: Darul Qalam.
    – Sistematik dalam menjelaskan tahapan dan metode tazkiyah.

Sumber Online Tambahan