Rasulullah ﷺ sebagai Murabbi Agung
Karakter Pembinaan Rasulullah terhadap Para Sahabat
Ketika kita berbicara tentang tarbiyah, mustahil kita melupakan Rasulullah ﷺ. Beliaulah murabbi terbaik, pemimpin para pembina jiwa, dan pembentuk generasi emas umat ini—*as-sabiqun al-awwalun*, para sahabat yang Allah ridhoi.
Tarbiyah Rasulullah ﷺ bukan sebatas menyampaikan ayat dan hadits. Itu adalah proses menyentuh hati, membentuk karakter, menumbuhkan cinta dan takut kepada Allah, serta mendorong lahirnya aksi nyata. Berikut adalah beberapa karakter utama dalam metode pembinaan Rasulullah ﷺ terhadap para sahabat:
—
1. Berbasis Tauhid: Menyucikan Aqidah Sebelum Membangun Peradaban
Seluruh proses pembinaan dimulai dengan memperbaiki keyakinan. Selama lebih dari 10 tahun di Makkah, fokus dakwah dan tarbiyah Rasulullah ﷺ adalah *tauhid*. Bukan fikih, bukan struktur organisasi, tapi fondasi ruhani.
Allah SWT berfirman: “Apakah mereka mengira akan dibiarkan berkata ‘kami telah beriman’ sedangkan mereka belum diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2)
Tauhid yang mendalam menjadikan para sahabat berani, teguh, dan tidak tergoda dunia. Inilah landasan utama pembinaan.
2. Melalui Keteladanan, Bukan Sekadar Instruksi
Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajarkan sabar—beliau menjalani sabar dalam puncak ujian. Beliau tidak hanya menyuruh jujur—beliau dikenal sebagai *Al-Amin* jauh sebelum diangkat menjadi nabi.
Nabi SAW bersabda: “Aku tidak pernah melihat seorang guru yang lebih lembut dan penyayang daripada Rasulullah.” (HR. Malik bin Al-Huwairits, HR. Muslim no. 1101)
Dengan teladan ini, para sahabat mencintai dan menaati beliau bukan karena takut, tapi karena cinta.
3. Personal dan Kontekstual: Mendidik Sesuai Kebutuhan Individu
Setiap sahabat mendapat pendekatan sesuai kepribadiannya. Muadz bin Jabal diajak diskusi soal ilmu, sedangkan Bilal dikuatkan secara spiritual. Rasulullah ﷺ tidak memaksakan satu metode untuk semua, tapi menyesuaikan kondisi, jiwa, dan kapasitas masing-masing.
Nabi SAW bersabda: “Manusia seperti tambang emas dan perak…” (HR. Muslim no. 2639)
Hadits ini menegaskan bahwa setiap individu punya potensi dan watak yang unik, sehingga pendekatannya pun harus disesuaikan.
4. Membangun Ukhuwah dan Jiwa Kolektif
Rasulullah ﷺ bukan hanya membina individu, tapi membentuk “jama’ah”. Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar adalah bukti bahwa tarbiyah bukan hanya soal nafsiyah (jiwa), tapi juga ijtima’iyah (sosial).
Nabi saw bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari no. 481, Muslim no. 2585)
5. Menggabungkan Ruhiyah, Ilmiyah, dan Amal
Tarbiyah Rasulullah ﷺ tidak pernah berat sebelah. Halaqah beliau bukan hanya zikir dan tazkiyah, tetapi juga ilmu, strategi, bahkan simulasi amal. Rasul membina ruhani, memperkuat pemikiran, dan mengajak bertindak.
Contohnya, ketika Rasul membentuk shuffah—sekolah sederhana di Masjid Nabawi—beliau tidak hanya menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an, tapi juga membentuk barisan pejuang dakwah masa depan.
6. Penuh Hikmah, Kesabaran, dan Cinta
Metode Rasulullah selalu penuh kasih sayang, bahkan terhadap yang menentang. Ketika seorang Arab Badui kencing di masjid, para sahabat marah, tapi Rasulullah ﷺ menenangkan mereka dan membiarkan orang itu menyelesaikannya dulu.
Nabi SAW bersabda: “Ajarkanlah, jangan memarahi.” (HR. Bukhari no. 6128, Muslim no. 285)
Inilah cinta dalam pembinaan. Cinta yang bukan memanjakan, tapi membimbing dengan hikmah.
7. Membangun Jiwa Mandiri dan Bertanggung Jawab
Para sahabat tidak disuapi perintah setiap waktu. Rasulullah ﷺ menanamkan prinsip berpikir dan bertanggung jawab secara mandiri. Ketika mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, beliau bertanya, “Dengan apa kamu akan memutuskan perkara?” (HR. Abu Dawud)
Ini menunjukkan bahwa tarbiyah yang baik adalah tarbiyah yang memerdekakan jiwa dan mendorong keberanian mengambil keputusan.
Inti dan kesimpulan
Metode pembinaan Rasulullah ﷺ adalah manhaj ilahi yang tak pernah usang. Ia menyentuh jiwa, membentuk karakter, dan menumbuhkan peradaban. Maka murabbi masa kini wajib belajar dari manhaj kenabian ini, bukan sekadar dengan membaca sirah, tapi juga meneladaninya dalam interaksi sehari-hari.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”(HR. Ahmad, no. 8729)
Dan tarbiyah terbaik adalah yang melahirkan pribadi dengan akhlak terbaik.
Referensi:
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Shahih Bukhari & Shahih Muslim
3. Said Hawwa, Tarbiyah Ruhiyah, Darus Salam, 1980
4. Muhammad Al-Ghazali, Fiqh Sirah, Dar al-Syuruq, 1992
5. Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh Tarbiyah, Maktabah Wahbah, 2000