TAAQI Surat Alfatihah ayat 2
Tadabbur Ayat Akhlak Qurani (TAAQI)
Surat Al-Fātiḥah Ayat 2
Allah SWT berfirman:
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”
1. Tadabbur Makna
Ayat ini menyatakan bahwa segala pujian mutlak milik Allah. Kata “al-ḥamdu” mengandung arti pujian atas dasar cinta dan pengagungan atas kesempurnaan Zat yang dipuji. Al-Rāghib al-Aṣfahānī menjelaskan bahwa kata “ḥamd” berbeda dengan “syukr”; jika syukur berkaitan dengan balasan atas nikmat, maka hamd mencakup “pengakuan atas keagungan Zat itu sendiri” meskipun tanpa nikmat (Al-Rāghib al-Aṣfahānī, Al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān, Dār al-Qalam, 2009, hlm. 140).
Frasa “Rabb al-‘ālamīn” menggambarkan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur seluruh ciptaan-Nya. Ibn Kathīr menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan “al-‘ālamīn” adalah “segala jenis makhluk selain Allah”, baik manusia, jin, hewan, maupun makhluk lain yang tidak kita ketahui (Ibn Kathīr, Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm, Dār Ṭayyibah, 2000, juz 1, hlm. 42).
Dengan menyebut Allah sebagai “Rabb al-‘ālamīn”, ayat ini sekaligus mengajarkan ketauhidan universal bahwa Allah bukan Tuhan untuk satu kaum saja, melainkan seluruh semesta. Ini menanamkan sikap tawakal, tunduk, dan penuh cinta pada Rabb yang Maha Mengatur kehidupan secara menyeluruh (Sayyid Quṭb, Fī Ẓilāl al-Qur’ān, Dār al-Shurūq, 2003, juz 1, hlm. 27).
2. Nilai Akhlak Qur’ani
Ayat ini memancarkan beberapa nilai akhlak utama yang dapat dihayati dan diamalkan:
A. Syukur: Menyadari bahwa semua pujian adalah milik Allah menumbuhkan kesadaran untuk bersyukur dalam segala keadaan (al-Ghazālī, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Dār al-Ma‘rifah, 2005, juz 4, hlm. 112).
B. Tawadhu’ (rendah hati): Karena segala kelebihan adalah dari Allah, maka kesombongan adalah bentuk ketidakadaban terhadap Pemberi nikmat (al-Māwardī, Adab al-Dunyā wa al-Dīn, Dār al-Fikr, 1983, hlm. 91).
C. Keadilan dan welas asih universal: Menyadari bahwa Allah adalah Rabb seluruh alam mendorong sikap adil terhadap semua makhluk, termasuk non-Muslim, hewan, bahkan alam (Muḥammad al-Ghazālī, Akhlaq al-Muslim, Dār al-Syurūq, 1994, hlm. 15).
D. Pembersihan jiwa (Tazkiyah): Dengan menyadari keagungan Allah, seorang hamba terdorong untuk menyucikan hati dari ego, riya’, dan ujub (Ibn al-Qayyim, Miftāḥ Dār al-Sa‘ādah, Dār Ibn al-Jawzī, 2003, jilid 1, hlm. 106).
3. Refleksi Diri
Ayat ini mengundang kita untuk melakukan muhasabah:
– Sudahkah aku memuji Allah bukan hanya di lisan, tetapi juga dengan hati dan amal? (Imām al-Ṭabarī, Jāmi‘ al-Bayān, Dār Hajar, 1992, juz 1, hlm. 133)
– Apakah aku bersyukur atau lebih banyak mengeluh?
– Apakah aku menganggap diri lebih baik dari orang lain padahal semua ciptaan Allah adalah sama di sisi-Nya kecuali dalam takwa? (QS. Al-Ḥujurāt: 13)
– Apakah aku memperlakukan sesama makhluk Allah — baik manusia maupun makhluk lain — dengan kasih dan keadilan?
4. Implementasi Akhlak
Implementasi akhlak dari ayat ini dapat dilakukan melalui:
A. Latihan syukur harian, dengan menyebut nikmat Allah dalam jurnal atau doa harian.
B. Menghindari ucapan dan sikap takabur, karena semua kelebihan berasal dari Allah.
C. Menanamkan nilai keadilan dan penghormatan kepada setiap manusia, tanpa diskriminasi ras, agama, status sosial, karena Allah adalah Rabb semua makhluk.
D. Menjaga lingkungan dan makhluk hidup, karena mereka pun bagian dari “al-‘ālamīn” yang dirawat oleh Allah (Yūsuf al-Qaraḍāwī, Ri‘āyah al-Bī’ah fī al-Islām, Maktabah Wahbah, 2001, hlm. 45).
5. Doa Renungan
“Yā Rabb al-‘ālamīn, tanamkan dalam hatiku syukur dan tawadhu’, jauhkan aku dari kesombongan dan kufur nikmat. Bimbing aku untuk mencintai seluruh makhluk-Mu sebagaimana Engkau menjadi Rabb mereka semua. Jadikan aku cermin akhlak mulia dari ayat ini dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin.”
Daftar Pustaka
1. Al-Rāghib al-Aṣfahānī. Al-Mufradāt fī Gharīb al-Qur’ān. Dār al-Qalam, 2009.
2. Ibn Kathīr. Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm. Dār Ṭayyibah, 2000.
3. Sayyid Quṭb. Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Dār al-Shurūq, 2003.
4. al-Ghazālī. Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn. Dār al-Ma‘rifah, 2005.
5. al-Māwardī. Adab al-Dunyā wa al-Dīn. Dār al-Fikr, 1983.
6. Muḥammad al-Ghazālī. Akhlaq al-Muslim. Dār al-Shurūq, 1994.
7. Ibn al-Qayyim. Miftāḥ Dār al-Sa‘ādah. Dār Ibn al-Jawzī, 2003.
8. Imām al-Ṭabarī. Jāmi‘ al-Bayān fī Ta’wīl Āy al-Qur’ān. Dār Hajar, 1992.
9. Yūsuf al-Qaraḍāwī. Ri‘āyah al-Bī’ah fī al-Islām. Maktabah Wahbah, 2001.
10. Al-Qur’an al-Karīm dan terjemahannya (Kemenag RI, 2019).
Wallahu A’lam bisshowab
Syarifudin Mustafa Hasan
Kaprodi IAT dan Dosen STAI Dirosat Islamiyah Al-Hikmah, Jakarta